Stasiun berita BBC mengungkapkan bahwa Presiden Vietnam Selatan, Duong Van Minh, yang saat itu baru tiga hari menjabat, memerintahkan pasukannya untuk meletakkan senjata.
Dia juga menyerukan agar Pasukan Vietnam Utara dan Vietnam Selatan menghentikan permusuhan. Pengumuman menyerah itu diikuti dengan kedatangan pasukan Vietnam Utara ke ibukota Vietnam Selatan, Saigon.
Kedatangan mereka tidak dihalang-halangi. Sebagai akibatnya, Saigon segera berganti nama menjadi Ho Chi Minh City. Pernyataan dari Pemerintah Revolusioner Sementara di Paris, Prancis, menjanjikan kebijakan tidak memihak, dan penyatuan secara damai di Vietnam.
Pemerintah Vietnam Selatan menyerah hanya empat jam setelah terjadi evakuasi besar-besaran warga Amerika Serikat di Saigon. Presiden AS saat itu, Gerald Ford, bangga karena telah menyelamatkan rakyat dan tentaranya dari Vietnam melalui evakuasi dengan sejumlah helikopter.
Namun, jalannya evakuasi itu tidak berjalan mulus karena terjadi huru-hara dan suasana putus asa di Saigon. Selain warga AS, banyak warga Vietnam Selatan berebut menuju Kedutaan Besar AS agar ikut diungsikan dari kota itu karena merasa takut dengan kedatangan tentara komunis.
Ford memerintahkan kapal-kapal AS untuk tetap berada di perairan Vietnam agar menjemput para pengungsi hingga tuntas. Namun tindakan ini dicerca oleh Vietnam Utara, yang berusaha mencegah para pengungsi melarikan diri.
Bagi para aktivis dan politisi anti perang, berakhirnya konflik di Vietnam sekaligus menutup lembaran kelam intervensi AS di sana. Alih-alih ingin meredam pengaruh komunis di wilayah itu, AS justru mengalami pertempuran sengit melawan Vietnam Utara selama lebih dari sepuluh tahun.
Kendati didukung alat-alat perang yang canggih, puluhan ribu nyawa tentaranya melayang dan Washington harus menarik tentaranya dari Vietnam tanpa hasil setelah diguncang maraknya demonstrasi anti perang di negeri sendiri. AS pun tidak bisa mencegah jatuhnya Vietnam Selatan ke tangan kekuasaan komunis Vietnam Utara.
Di pihak Vietnam, perang dari 1 November 1955 hingga 30 April 1975 ini menimbulkan korban jiwa yang tak terhingga. Perhitungan dari pemerintah Vietnam menyebutkan bahwa pasukan Vietnam Utara dan milisi Viet Cong yang tewas sekitar 1,1 juta jiwa.
Di pihak Vietnam Selatan, jumlah tentara yang tewas sekitar 250.000 jiwa. Ini belum termasuk jumlah korban di pihak sipil, yaitu sekitar dua juta jiwa, baik dari pihak utara dan selatan.
Semoga bermanfaat.
0 komentar
Posting Komentar